Nikmatnya Ibadah Qurban
Nikmatnya Ibadah Qurban
Ibadah qurban merupakan penyembelihan hewan yang dilakukan pada hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan hari-hari Tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah). Ini merupakan bentuk ketakwaan kepada Allah SWT, sebagai jalan menghidupkan syari'at Nabi Ibrahim AS yang kemudian disyari'atkan kepada Nabi Muhammad SAW.Sebuah ayat yang menjadi pertanda disyari’atkannya ibadah qurban adalah firman Allah Ta’ala,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (Qs. Al Kautsar: 2).
Peradaban Arab sebelum mengenal Islam telah mengenal persembahan suci dengan menyembelih atau mengorbankan sesuatu yang berharga, salah satunya berupa manusia. Budaya ini juga dikenal pada masa Mesir kuno, India, Cina, Irak, dan sebagainya. Kaum Yahudi juga pernah mengenal qurban manusia. Namun, lama-kelamaan qurban manusia berganti dengan qurban berupa hewan atau barang berharga lainnya. Contoh, pada masa jahiliyah, kaum Pagan (penyembah berhala) Arab mempersembahkan lembu dan onta ke Ka'bah sebagai qurban untuk tuhan mereka.
Adapun Islam adalah agama langit yang abadi, memiliki konsep persembahan qurban yang sempurna. Islam memasukkan dua nilai penting dalam ibadah qurban ini, yaitu nilai kemanusiaan berupa misi sosial dengan terkumpulnya makanan daging yang berlimpah untuk fakir mikin, dan nilai tauhid berupa pesan moral yang terkandung di dalam ibadah ini, yaitu menghilangkan cinta duniawi dan ketergantungan pada makhluk.
Nilai Tauhid,ibadah qurban menjadi salah satu tolok ukur penting, bahwa untuk mendekatkan diri kepadaNya, mestilah diikuti dengan kebersihan tauhid. Pesan utama dari ibadah qurban adalah misi tauhid, yaitu semangat kemurnian hidup. Basis utama semangat kemurnian ini adalah pengakuan seorang hamba secara mutlak akan keesaanNya, yang tercermin dalam kalimat la ilaaha illa Allah (tiada tuhan selain Allah), dan menegaskan (menolak) segala otoritas serta hukum-hukum yang datangnya bukan dari Allah.
Hikmah di Balik Menyembelih Qurban
Pertama: Bersyukur kepada Allah atas nikmat hayat (kehidupan) yang diberikan.
Kedua: Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim –khalilullah (kekasih Allah)- ‘alaihis salaam yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salaam ketika hari an nahr (Idul Adha).
Ketiga: Agar setiap mukmin mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Isma’il ‘alaihimas salaam, yang ini membuahkan ketaatan pada Allah dan kecintaan pada-Nya lebih dari diri sendiri dan anak. Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan sehingga Isma’il pun berubah menjadi seekor domba. Jika setiap mukmin mengingat kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah dan seharusnya mereka mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya.[6]
Keempat: Ibadah qurban lebih baik daripada bersedekah dengan uang yang semisal dengan hewan qurban
Qurban mengajarkan pula bahwa pendekatan diri kepada Allah hendaknya ditempuh melalui pendekatan diri kepada sesama manusia, yaitu menyantuni dan memberdayakan kaum dhuafa. Pesan seperti ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW, "Tidak termasuk orang yang beriman kepadaku, seseorang yang bisa tidur nyenyak dalam keadaan kenyang, sedangkan ia tahu bahwa tetangganya berbaring dalam keadaan lapar." (HR. Al-Bazar).
Islam mengajarkan, jika ingin mendapatkan nikmat, maka hendaklah nikmat itu disebut-sebut atau disebarkan kepada orang lain (QS. Adh-Dhuha, 93 : 11). Dalam kaitan ini pula, qurban adalah salah satu bentuk penyebaran nikmat itu. "Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah)." (QS. Al-Kautsar, 108 : 1-3).
Karenanya, qurban diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran individu akan nilai-nilai kepedulian, menjadi mediator (penghubung) antara mereka yang kaya dengan yang dhuafa. Selain itu, qurban juga bisa bermakna pembebasan manusia dan nilai-nilai kemanusiaan dari kesewenang-wenangan kepada manusia lainnya. Ketika Allah mengganti Ismail dengan seekor domba, hakikatnya Dia menyampaikan misi kepada manusia untuk menghindarkan dirinya dari kekerasan dan eksploitasi.
Secara umum, qurban bisa menjadi media bagi umat dalam menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin). Saat berlangsungnya hari Raya Qurban, terjadi kemeriahan dengan menikmati hasil sembelihan hewan qurban. Kaum fakir yang sangat jarang mengkonsumsi daging, saat itu seakan dimanjakan oleh Allah untuk bersama-sama menikmati karuniaNya. Kebahagiaan kaum lemah merupakan pesan moral dan nilai yang sangat kental mewarnai peringatan hari Raya Qurban. Menegaskan akan penolakan segala bentuk ketimpangan dan ketidakadilan yang bisa mencederai kebahagiaan kaum miskin.
0 komentar :